Cegah Stunting di Provinsi NTT, Polresta Kupang Kota Tuan Rumah Pelaksanaan Webinar.
Tribratanewskupangkota.com – Dalam rangka menyambut HUT Ke-43 Tahun 2023 Yayasan Kemala Bhayangkari, Ketua Yayasan Kemala Bhayangkari (YKB) Cabang Kota Kupang Kota Ny. Netty Krisna bersama pengurus dan Bhayangkari melakukan webinar dengan tema Cegah Stunting, Generasi Muda Peduli Stunting, yang bertempat di Aula Bijaksana Polresta Kupang Kota, Kamis pagi (16-3-2023).
Sebagai moderator Dina F. Rahman, S.H., M.H dan narasumber, yakni dr. Erma (Spesialis kandungan pada RSUD S.K. Lerik Kota Kupang) dan Theodora Takalapeta, M.Psi (seorang psikolog sekaligus dosen pada Kampus Undana Kupang). Peserta webinar yakni siswa/i dan guru pada beberapa Sekolah Menengah Atas di Kota Kupang, Polwan dan ASN Polresta Kupang Kota serta pada Polres jajaran Polda NTT.
Selain webinar secara tatap muka di Aula Bijaksana Polresta Kupang Kota, dilakukan juga secara daring atau dalam jaringan yang diikuti oleh Ibu Ketua Yayasan Kemala Bhayangkari Daerah NTT Ny. Vera Johni Asadoma bersama pengurus, Ketua YKB dan pengurus cabang se-daerah NTT serta Kapolres jajaran Polda NTT. Acara dibuka oleh Ketua YKB Daerah NTT dan dilanjutkan dengan sambutan Ketua YKB Cabang Kota Kupang Kota, Wakapolresta Kupang Kota dan pemaparan materi dari narasumber yang dipandu oleh moderator.
Ketua YKB Cabang Kota Kupang Kota mengucapkan terima kasih kepada pengurus YKB Daerah NTT yang telah memberikan kesempatan kepada pengurus YKB Cabang Kota Kupang Kota untuk melaksanakan webinar pada pagi hari ini. Pelaksanaan webinar ini karena angka stunting di Provinsi NTT mencapai 17,7 % dan guna mendukung program Pemprov NTT yang menargetkan penurunan angka stunting 12% di Tahun 2023. Target penurunan itu menjadi tantangan bagi kita semua untuk sama-sama saling bekerja sama agar target tersebut dapat tercapai.
Wakapolresta Kupang Kota Akbp Aldinan R.J.H Manurung, S.H., S.I.K., M.Si yang mewakili Kapolresta Kupang Kota, webinar ini sangat spesial karena Polresta Kupang Kota ditunjuk sebagai tuan rumah. “Permasalahan stunting yang kita hadapi saat ini, harus kita cari langkah-langkah cepat dan efektif sehingga kategori stunting di Provinsi NTT menjadi rendah, dari saat ini yang menjadi salah satu provinsi dengan angka stunting yang tinggi’, jelas Wakapolresta.
Sambungnya, penanganan masalah ini harus ada sinergitas diantara stakeholder (kesehatan dan pendidikan) sehingga bisa dikolaborasikan bersama. “Pendidikan penting untuk memberikan pengetahuan tentang seks dan kesehatan dalam mencukupi asupan gizi 4 sehat 5 sempurna. Hal ini sudah sejak lama dilakukan pemerintah untuk pemenuhan gizi namun karena adanya ego sektoral sehingga hal tersebut tidak berjalan dengan baik. Anak merupakan generasi penerus bangsa sehingga bisa menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang lebih maju terutama dibidang pendidikan”, tutup Akbp Aldinan.
Bahwa stunting tidak bisa dikerjakan sendiri oleh satu stakeholder namun oleh multi sektoral. “Saya senang sekali karena ada kepedulian kasih dari ibu Ketua YKB Daerah NTT Ny. Vera, atas perhatian yang diberikan terutama kepada masalah stunting di Provinsi NTT sehingga melakukan kegiatan yang sangat baik ini”, ucap dr. Erma dalam pembukaannya.
Stunting merupakan permasalahan yang besar, dalam dua minggu terakhir kami mendapatkan seorang anak remaja yang datang (ke RSUD S.K Lerik), dengan usia kehamilan 33 minggu dalam kondisi pecah air ketuban sehingga kami harus lakukan operasi untuk menyelamatkan nyawa ibu dan bayi tersebut. Bayi yang dilahirkan dengan berat hanya 2.2 Kg (berat badan rendah). Itu merupakan suatu permasalahan dimana asupan gizi yang kurang diperhatikan sejak bayi masih dalam kandungan”, lanjutnya.
Dalam pemaparannya, dr. Erma lebih menekankan faktor-faktor yang mengakibatkan stunting, upaya pencegahan dan peran pemerintah serta stakeholder terkait dalam menanggulangi terjadinya stunting di Provinsi NTT.
Narasumber selanjutnya Theodora Takalapeta yang akrab disapa “kak” (kakak) Putri, membawakan materi mengenai dampak dan pencegahan pernikahan usia dini. Bahwa pendidikan seks sejak dini sangat penting diketahui oleh remaja karena bukan merupakan suatu hal yang tabu. Selain itu, budaya kekerasan terhadap anak harus dihilangkan karena dapat meninggalkan rasa trauma dan sangat berpengaruh dalam masa pertumbuhannya.
Usia pemaparan materi, dilanjutkan sesi tanya jawab, dimana para peserta sangat antusias baik peserta daring maupun luring atau luar jaringan. Salah seorang siswa SMA Negeri 1 Kota Kupang, menanyakan soal dampak dari pernikahan dini dan bagaimana upaya pencegahannya.
Selanjutnya pertanyaan dari seorang siswa SMA di Kabupaten Rote Ndao, bahwa saat ini penyebab stunting paling tinggi yakni pernikahan dini. Salah satu faktor penyebab pernikahan dini itu adalah budaya, yang mana ada budaya tertentu, remaja dengan usia belasan tahun diijinkan untuk menikah. Kak Putri dalam jawabannya mengatakan bahwa yang pertama, anak-anak jangan tabu bicara tentang seks. Budaya-budaya pernikahan dini harus dihilangkan karena beresiko bagi kesehatan ibu dan anak. Orang tua harus berperan dalam mencegah terjadinya seks di luar nikah yang mengakibatkan terjadinya pernikahan dini.